
Bukan hanya berupa nama atau tempat bernaung tak berpenghuni. Gelanggang berdiri dengan kata-kata yang hampir sering terseru dalam setiap janji. Keluarga, “Kami tak hanya organisasi tapi hampir terikat dengan satu visi misi” katanya. Namun apakah benar begitu? Lantas, dengan terbatasnya temu dan suka; ketika segalanya mendadak tak berjalan dan kita terpaksa bersua hanya sebatas suara dan bayang-bayang dalam layar, apa itu masih berlaku? Keluarga yang diidam-idamkan itu, apa masih ada atau sejak awal hanya berupa angan tanpa laksana?
Gelanggang yang berkata ingin bangkit setelah keterpurukan, memilih untuk kembali berdiri setelah cukup tersuruk oleh keadaan. Apa kata mereka? Bagaimana ‘keluarga’ itu kembali? Apa yang akan dilakukan oleh mereka yang baru merasakan bangku kuliah terpaksa memikul beban membangun kembali keluarga yang tertidur itu?
Apa yang harus dilakukan untuk menggerakan kembali sendi-sendi ‘keluarga’ yang telah ‘tersuruk’ akibat lama tak berpenghuni? Berikut adalah tanggapan dari mereka yang telah bersama melewati waktu, dan mereka yang baru menjajak dunia baru penuh lika-liku (perkuliahan).
Ibu Nani Darmayanti (Ketua Prodi Sastra Indonesia)
Bagaimana pendapat Ibu mengenai Gelanggang yang sekarang?
Saya sejak awal memang bangga dengan anak 2020, dengan keadaan belum pernah merasakan dunia kampus karena juga merupakan angkatan terdampak pandemi. Namun, (re:mereka) siap bertanggung jawab mengurusi adik tingkatnya angkatan 2021. Sebab, pada dasarnya Gelanggang adalah rumah kita bersama, tidak aka nada lagi yang merawat selain kita sendiri, meski saya juga belum sempat berkenalan dengan kepengurusan Gelanggang periode kali ini, tapi kami sudah memiliki rencana untuk bertemu baik secara hybrid atau tatap muka secara langsung.
Menurut Ibu, baik sebagai dosen atau kaprodi, apa ada perbedaan signifikan antara Gelanggang periode saat ini dengan yang sebelumnya?
Saya belum bisa melihat perbandingan secara komprehensif, karena kabinet saat ini juga bias dikatakan baru berjalan. Perbandingannya mungkin kabinet lalu seperti pada umumnya dipegang oleh mereka yang sudah duduk di bangku semester 6, yang artinya mereka telah cukup mengenal dunia kampus. Sementara pengurus saat ini dapat dikatakan masih baru, baru menginjak semester 4 dan sudah memegang tanggung jawab yang cukup besar, Mungkin itu saja, karena saya belum bisa bicara karena belum terlihat kinerja serta gertaknya.
Adakah pesan dan bekal untuk Gelanggang kabinet saat ini?
Gelanggang periode sekarang saya harapkan mampu mengumpulkan bekal dari apa yang dia baca. Pengertian ‘baca’ itu bukan buku, tapi fenomena apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh keluarga besar. Jangan membuat program yang tidak berkaitan atau tidak dibutuhkan oleh keluarga besar Gelanggang baik prodi maupun mahasiswa sebagai anggota keluarga. Hal tersebut dilakukan agar kehadiran Gelanggang berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat prodi Sastra Indonesia. Selain itu, tentu juga mungkin banyak berdiskusi dan bertanya kepada pengurus Gelanggang sebelumnya, prodi, BEM fakultas, dan segala macam sehingga suara-suara yang ada di luar lebih peka dan lebih terbaca.
Apa harapan Ibu untuk Gelanggang?
Harapan saya, Gelanggang bisa bergandengan tangan dengan prodi, kami punya misi mewujudkan mahasiswa yang baik secara akademik dan organisasi. Saya sangat mendukung setiap mahasiswa di mana sejak tahun 2021 diberi platform satu organisasi satu prestasi. Jadi mahasiswa juga bisa saya dorong untuk terlibat baik itu di BEM, Gelanggang, dan organisasi lainnya.
Saya harapkan Gelanggang bisa menjadi rumah bersama. Sebagaimana rumah sejauh apa kita pergi, sebesar apa masalah yang kita hadapi, tempat kita pulang adalah rumah. Saya juga berharap Gelanggang mampu melengkapi pengalaman yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah seperti berbagai soft-skill. Jikalau semisal ada kegiatan yang melibatkan kemampuan tertentu dan Gelanggang dapat melakukannya, Prodi akan selalu mendukung apapun kegiatan tersebut. Anggaplah Prodi sebagai orang tua dan Gelanggang sebagai rumah kita bersama sehingga kita besarkan bersama-sama.
Bung Hasbi Rafsanjani (Ketua Himpunan Gelanggang Kabinet Senaya Ardhacandra)
Bagaimana arah pergerakan Gelanggang ke depan?
Untuk kabinet tahun ini, arah gerak Gelanggang adalah untuk mengenalkan serta mengakrabkan Gelanggang kepada masyarakat Sastra Indonesia, karena sesuai dengan visi dan misi yang sejak awal dibawa. Meski kenyataannya dalam mewujudkan visi tersebut lebih sulit dari perkiraan. Kami akan memfokuskan ke arah sana.
Apa tantangan dalam pembentukan kepengurusan?
Tantangan yang pertama tentu kurangnya SDM. sejak awal saya maju sebagai Ketua Himpunan, saya tidak memiliki gambaran terhadap siapa saja yang akan mengisi posisi-posisi yang ada, bahkan hingga awal Januari, kepengurusan inti masih belum terbentuk dibanding dengan kepengurusan tahun lalu di mana Desember akhir kepengurusan inti sudah lengkap. Jadi keinginan saya untuk menambah divisi terhalang oleh kurangnya orang yang bisa direkrut.
Tantangan kedua, adanya transisi dari kepengurusan lama ke baru, berubahnya sistem cukup mengejutkan saya dan sekretaris di bidang surat-menyurat dan birokrasi.
Tantangan terakhir, bisa dikatakan dari bagian atas seperti Dekanat dan lain-lain. Belum adanya program kerja dari Gelanggang yang mendapat persetujuan, yang mana membuat dana belum turun dan perizinan jadi semakin sulit.
Bagaimana cara Gelanggang menghadapi tantangan tersebut?
Cara untuk menghadapi tantangan yang ada, yaitu berkaitan dengan birokrasi dan bagian atas dari Universitas. Saat ini kita berusaha untuk mengikuti arus. Meski pendanaan belum turun, kami masih akan terus mengusahakan pelaksanaan program kerja sebisa mungkin berjalan. Mungkin bisa dikatakan kami berusaha keras beradaptasi dengan keadaan, mulai dari merubah sistem dari program kerja yang ada.
Untuk mencapai Gelanggang yang ideal, apa kelebihan dan kekurangan Gelanggang?
Dari awal hingga saat ini, kekurangan dari Gelanggang yang belum dapat diatasi adalah visi yang saya bawa, belum terlihat usaha atau kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut yang berupa “membuat rumah yang nyaman untuk masyarakat Gelanggang” karena dari kami sendiri masih beradaptasi dengan perubahan sistem, kami menganggap itu sebagai kekurangan yang cukup besar.
Kelebihan kabinet saat ini, saya tidak akan menyebut hal ini sebagai kelebihan tetapi inovasi yang ada di kabinet saat ini tidak terlalu mengikuti dari generasi terdahulu. Meski masih ada beberapa yang mengikuti kabinet sebelumnya seperti Mimbar. Namun, banyak inovasi baru yang menurut saya lumayan maju untuk Gelanggang.
Apa harapan untuk Gelanggang?
Harapan saya sebagai Kahim, saya ingin nama Gelanggang lebih dikenal lagi oleh masyarakatnya sendiri, tidak hanya sekadar tahu Gelanggang sebagai nama dan pengertian, tetapi bisa mengakrabkan diri dengan Gelanggang agar tidak tercipta pandangan-pandangan aneh. Menjadikan Gelanggang tempat yang nyaman bagi masyarakat selama kurang lebih empat tahun melalui masa perkuliahan di Unpad.
Apakah ada yang ingin disampaikan kepada Gelanggang?
Pesan dari saya, khususnya untuk angkatan selanjutnya yaitu angkatan 2021 yang sepertinya akan 100% memegang Gelanggang di tahun depan, saya berharap antusiasme yang tinggi terhadap Gelanggang dari angkatan 2021. Meski kekurangan dari kabinet sebelumnya bukanlah tanggungan kabinet berikutnya. Namun, saya berharap permasalahan menurun seperti kekurangan SDM, kesulitan mencari calon, dan permasalahan lainnya tidak terjadi di kabinet angkatan 2021.
Bung Rizkia Abriani (Perwakilan Djati)
Bagaimana keadaan Djati saat ini?
Dapat dikatakan belum stabil, tapi jika mematok dari tahun-tahun sebelumnya, sudah terdapat perkembangan. Karya terbaru Djati muncul sekitar bulan Januari sampai Maret 2021, setelah itu vakum karena tidak ada yang memegang dari angkatan 2019. Februari kemarin, kami berniat membangkitkan Djati yang sudah vakum kurang lebih satu tahun dengan cara memanfaatkan momen acara bonding angkatan 2021 di kampus untuk sosialisasi, karena sebelumnya angkatan 2021 mengenal Djati hanya sebagai UKM teater tanpa tahu seluk-beluk dan pergerakan Djati.
Beruntung angkatan 2021 masih ada yang berminat begrabung dengan Djati dan tidak menutup kemungkinan tahun ini akan diadakan dua kali open recruitment; Maret untuk angkatan 2021 dan September untuk angkatan 2022. Kami berharap pada saat itu kita sudah bisa memakai kampus, agar bulan November rencana kami untuk melakukan pementasan dapat terlaksana.
Bagaimana arah pergerakan Djati di kepengurusan sekarang?
Kami berfokus untuk normalisasi terlebih dulu, karena sebenarnya kami sudah melompat dua sampai tiga tahun untuk kembali ke sistem yang ada. Maka dari itu, kepengurusan yang sekarang berusaha menormalisasi kembali sistem tersebut. Djati memiliki pementasan setiap bulan Maret untuk tunas-tunas baru dan di akhir tahun sebagai pementasan ulang tahun. Tahun ini, kami inisiasi untuk mengembalikan sistem normal Djati.
Kepengurusan akan diserahkan kepada angkatan 2020 dan 2021, karena angkatan 2019 sudah tidak memungkinkan untuk memegang dan yang masih memiliki ambisi untuk Djati hanya tersisa beberapa orang. Pementasan di bulan November nanti akan menjadi pementasan perdana bagi angkatan 2020 dan 2021 atau bisa disebut sebagai ‘tunas 18’ sehingga di bulan Maret 2023, kita sudah dapat mengadakan recital atau pentas perdana untuk angkatan 2022 dan pementasan akhir tahun untuk perayaan ulang tahun kembalinya sistem normal.
Apa tantangan dalam membentuk kepengurusan sekarang?
Tantangan pertama adalah, kami sebagai angkatan 2020 ketika ingin memperkenalkan Djati ke angkatan 2021 tidak memiliki pegangan apapun, tidak tahu-menahu tentang dunia teater, UKM kampus, ataupun arah gerak Djati yang sebelumnya. Tantangan terberat adalah bagaimana dengan pengalaman seminim itu kita bisa mengenalkan dan memberikan kesan yang sama kepada anak 2021 dan 2022 yang akan bergabung. Kita ingin fokus pada membangkitkan ambisi anak-anak untuk kembali ke dunia teater, salah satunya dengan pementasan di akhir tahun ini.
Bagaimana menghadapi tantangan tersebut?
Kami sempat melakukan musyawarah besar bersama para penggiat teater senior di kampus. Kami meminta saran mengenai ambisi dan arah gerak Djati serta berusaha membangkitkan tradisi-tradisi yang dulu pernah ada, seperti menyusun rencana untuk mengadakan Mabim teater dan mencari anggota yang berpotensi mengisi posisi pemimpin produksi dan sutradara. Kami juga sudah mulai mengembalikan kegiatan latihan seminggu sekali, meski harus ditunda hingga selesai libur lebaran karena keadaan Ramadhan dan masih banyak anggota yang belum ada di Jatinangor. Selain itu, kami juga ingin menyatukan visi dan ambisi anggota.
Apa harapan untuk Gelanggang dan Djati?
Harapan untuk Djati, kita jangan hanya jadi Tunas, tetapi harus bisa menjadi pohon. Harapan untuk Gelanggang, meski kita mengalami kesulitan di awal menjalankan kepengurusan, tetapi hal tersebut bisa diatasi berkat semangat dari teman-teman 2020 dan 2021. Karena Djati pada dasarnya tidak bisa lepas dari Gelanggang, Djati berada di bawah naungan Gelanggang sehingga kita seharusnya bisa berjalan bersama, dan sejauh ini, teman-teman Gelanggang sudah banyak membantu Djati, terutama dalam proses pembangkitan Djati, baik Djati maupun Gelanggang tengah berusaha keras untuk stabil kembali. Berdasarkan kesamaan nasib ini semoga kita bisa berjalan bersama dan kedepannya apabila salah satu memiliki kebutuhan maka kita bisa saling bantu.
Apakah ada yang ingin disampaikan untuk Gelanggang?
Dari aku sendiri, aku berharap Gelanggang lebih berhati-hati lagi, jangan merasa eksklusif, karena dulu ada anggapan dimana “anak Gelanggang pasti anak Sasindo namun tidak semua anak Sasindo itu anak Gelanggang” sebisa mungkin anggapan itu dihilangkan, kita semua anak Sasindo baik yang memegang kepengurusan dan tidak adalah anggota masyarakat Gelanggang, kita berdiri untuk Gelanggang dan representatif dari Sastra Indonesia baik di tingkat Fakultas, Universitas, ataupun nasional.
Kalau sebagai perwakilan Djati sendiri kepada Gelanggang, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih karena setiap Djati melakukan pergerakan Gelanggang selalu membantu tanpa perlu ada alur birokrasi yang rumit, dengan Diaz yang selalu inisiatif mengunggah konten-konten Djati di Instagram Gelanggang yang mana, mungkin di organisasi lain untuk melakukan hal itu diperlukan proses birokrasi yang cukup rumit, mungkin karena teman-teman di Gelanggang juga sebagian terjun di Djati jadi mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami sehingga tidak mempersulit, itu kita ucapkan terima kasih. Yang kedua, jangan ragu untuk meminta bantuan, karena teman-teman di Djati yang teman-teman di Gelanggang, banyak anggota Djati yang berasal dari Gelanggang sehingga kita bisa diibaratkan berada di satu rumah hanya berbeda kamar saja, jika ingin mengobrol hanya perlu pergi ke ruang tengah atau ruang lainnya kita bisa mengobrol dan menyelesaikan masalah bersama-sama, jadi jangan ragu untuk meminta bantuan karena pada dasarnya kita keluarga.
Bung Dzaky… (Ketua Angkatan 2019)
Bagaimana pendapat Bung mengenai Gelanggang sekarang?
Works as intended. Dari aktivitas-aktivitas Gelanggang yang kulihat lewat sosial media, tidak jauh dari apa yang kukenal dari Gelanggang sebelumnya.
Bagaimana pandangan Bung mengenai perbandingan Gelanggang yang dulu dengan yang sekarang?
Dari pengurusan Gelanggang (sebelumnya) yang kemalangan tertimpa gelombang pertama COVID--pengurusan yang hanya 1/4 dari jabatannya di kampus--tampak masih ada kegagapan dalam menjalankan tugasnya lewat daring. Begitupun kepengurusan selanjutnya, karena mereka sudah memiliki pengalaman menjalankan kehidupan kampus dan karenanya tetap memiliki ekspektasi-ekspektasi yang tidak dapat terwujud lewat daring. Tapi, kepengurusan ini yang memang lahir dan ter-establish saat kuliah yang sepenuhnya daring, tampaknya lebih adaptif dengan realita yang dihadapi organisasi himpunan saat ini.
Apa kekurangan dan kelebihan Gelanggang sekarang?
Kelebihan pengurusan Gelanggang, yang kulihat, dari yang sedikitnya kulihat, mungkin dalam hal eratnya hubungan intra-pengurusan dan angkatan. (Sekali lagi, dari yang kulihat, dan yang terepresentasikan di sosial media).
Kekurangannya, kurasa ada dalam minimnya inovasi-inovasi dalam menjalankan program kerja dan dalam branding himpunan--dan sosial medianya.
Bagaimana partisipasi angkatan Bung terhadap keberlangsungan angkatan sekarang?
Angkatan 19, mungkin di sini adalah angkatan yang beda sendiri, dan yang paling kurang ajar, karena tidak menerima kewajibannya untuk menjalankan kepengurusan Gelanggang. Tapi kita tidak melakukannya tanpa alasan. Sebagai ketua angkatan 19, aku melihat terlalu banyak perselisihan inter- dan intra-angkatan yang membuat dipegangnya himpunan oleh angkatan 19 tidak memungkinkan, dan tidak preferable untuk semua pihak yang bersangkutan. "The straw that broke the camel’s back”, kalau peribahasanya mah.
Di sini aku ingin menyoroti bahwa diwariskannya ke-Gelanggang-an dari satu angkatan ke angkatan bawahnya sering dimaknai sebagai sesuatu yang taken for granted belaka. Sedang angkatanku mulai mempertanyakan apa yang dimaksud dengan ke-Gelanggang-an itu sendiri, apakah ia sebuah kewajiban, hak, keistimewaan, atau sesuatu yang melekat sebagai identitas angkatan itu sendiri?
Ketika angkatan 19--merembungkan--dan tidak menemukan jawaban itu, kita memilih jalan yang tidak biasa diambil angkatan lain. Walau, ya, memang cara yang diambil kuakui agak parau.
Harapan Bung untuk Gelanggang?
Gelanggang dapat memaknai kembali nilai dan fungsi himpunan sebagai wadah untuk guyub dan advokasi mahasiswa Sastra Indonesia, bukan hanya sebagai organisasi for organisasi sake.
Ada lagi yang ingin Bung sampaikan pada Gelanggang?
Bisa bounce back melewati segala rintangan yang sudah ada dari-sananya, bahkan sebelum lahirnya kepengurusan ini. Dan, bisa memaknai poin yang kusoroti di pertanyaan sebelumnya, hehe.
Bung Diaz Djanuar (Ketua Angkatan 2020)
Bagaimana pendapat Bung mengenai Gelanggang sekarang?
Sedikit aneh rasanya dan akan terlihat terlalu subjektif apabila saya memberi pendapat mengenai hal-hal ini karena mengingat tahun ini saya masuk ke dalam kepengurusan Gelanggang, namun apabila mengambil dari sudut pandang diri saya sendiri, saya merasa Gelanggang pada saat ini (per April 2022) kurang adanya interaksi dengan warga Gelanggang secara keseluruhan.
Bagaimana pandangan Bung mengenai perbandingan antara Gelanggang yang dulu dengan sekarang?
Tidak ada perubahan yang signifikan karena beberapa pengurus Gelanggang merupakan pengurus periode lalu.
Apa kekurangan dan kelebihan Gelanggang sekarang?
Kekurangan:
- Kurang adanya interaksi antara Gelanggang itu sendiri dengan warga Gelanggang, yang mengakibatkan munculnya pandangan yang berbeda ketika melihat pengurus dan yang bukan.
- Kurangnya persiapan dalam menanggung tanggung jawab dalam kepengurusan periode tahun ini.
Kelebihan:
- Mulai banyaknya menerapkan hal mengenai Gelanggang dari beberapa saran dan kritik warga Gelanggang itu sendiri.
- Dari kacamata saya sebagai salah satu pengurus, terdapat banyak program kerja yang melibatkan warga gelanggang untuk berpartisipasi secara langsung dalam program kerja tersebut (meski untuk saat ini banyak yang belum terealisasi)
Bagaimana partisipasi angkatan Bung terhadap keberlangsungan Gelanggang sekarang?
Sejumlah individu dari angkatan kami terjun langsung menjadi pengurus gelanggang, tak hanya itu, terdapat beberapa individu yang tak menjadi pengurus, namun turut berpartisipasi secara tidak langsung seperti memberi saran dan berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh gelanggang.
Harapan Bung untuk Gelanggang?
Saya sendiri memiliki harapan Gelanggang tidak perlu menjadi rumah yang nyaman bagi semua warganya, karena tidak semua orang memiliki bentuk rumah impian yang sama. Oleh karena itu harapan saya terhadap Gelanggang ialah, untuk menjadi rumah yang layak bagi seluruh warga Gelanggang.
Bung Reza (Ketua Angkatan 2021)
Bagaimana pendapat Bung mengenai Gelanggang sekarang?
Menurut saya, Gelanggang masih terlihat oke-oke aja. Mungkin karena daring, sebagian besar kegiatan yang Gelanggang selenggarakan juga harus menjadi daring. Hal itu menjadi kurang dapat sensasinya. Tapi secara keseluruhan, Gelanggang bekerja dengan sangat-sangat baik.
Apa kekurangan dan kelebihan Gelanggang sekarang?
Menurut saya (yang saya rasakan), kekurangan dari Gelanggang adalah kurangnya cara menarik warga Gelanggang untuk ikut berpartisipasi dalam event yang dibuat. Itu diperburuk dengan situasi sekarang yang serba daring. Di samping itu, Gelanggang juga memiliki kelebihan seperti banyaknya konten menarik, proker menarik, dan kinerja yang cukup memuaskan sehingga Gelanggang terlihat aktif. Selain itu, penyampaian informasi dari dalam dan luar kampus juga tersampaikan dengan baik.
Bagaimana partisipasi angkatan Bung terhadap keberlangsungan Gelanggang sekarang?
Menurut saya, angkatan 2021 telah sangat aktif berpartisipasi di Gelanggang. Hal itu, saya lihat dari ketergabungan Bung dan Nona 2021 di kursi DPO dan DPA Gelanggang. Sehingga, saya rasa angkatan 2021 sudah mulai tertarik dan ingin menjadi bagian dari kepengurusan Gelanggang itu sendiri. Selain aktif di kepengurusan, sebagian besar angkatan 2021 juga gemar mengikuti dan menghadiri acara yang diselenggarakan Gelanggang sebagai bagian dari prokernya.
Harapan Bung untuk Gelanggang?
Harapan saya untuk Gelanggang adalah tetap menjadi rumah yang nyaman, seru, keren, dan solid bagi Sastra Indonesia Unpad. Lalu, kinerja yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Dengan sifat Gelanggang yang bergerak dalam mendengarkan aspirasi warganya. Saya juga berharap, Gelanggang dapat menjadi wadah karya sastra dari Bung dan Nona Sastra Indonesia Unpad.
Ada lagi yang ingin Bung sampaikan pada Gelanggang?
Hal yang ingin disampaikan, mungkin tetap memertahankan Gelanggang yang bersahabat dengan semua kalangan. Menggaet mahasiswa baru dan lama untuk senantiasa berkarya dan aktif hadir disetiap proker Gelanggang.
Comments