![](https://static.wixstatic.com/media/7961f1_068b21fd3c724c6a88da1b50b00ba42a~mv2.jpg/v1/fill/w_320,h_320,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/7961f1_068b21fd3c724c6a88da1b50b00ba42a~mv2.jpg)
(Ilustrasi oleh M. Luthfi H.)
Setiap tempat akan menjadi saksi bisu suatu peradaban. Begitu pula dengan sebuah jalan yang membentang kurang lebih sejauh 1.000 kilometer sepanjang pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan, Jalan Raya Pos atau Jalan Raya Daendels namanya.
Di balik Jalan Raya Pos itu, berdiam sebuah peristiwa mengerikan. gugurnya para pribumi Hindia-Belanda karena kerja paksa yang diberlakukan pada masa pembangunan jalan itu. Menyoal hal tersebut, Pramoedya Ananta Toer menawarkan informasi sejarah “alternatif” lewat bukunya yang berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Pram menyusuri Jalan Daendels ini sendirian lalu menuliskannya jadi buku yang sedang diulas ini. Dalam penulisannya itu, ia juga dibantu dengan sumber dari hasil wawancara dan sumber pustaka.
Dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, digambarkan latar belakang Daendels memutuskan membuat jalan raya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang pembangunan itu. Jalan Raya Pos sendiri berfungsi sebagai jalur komunikasi dan mobilisasi pasukan kolonial Belanda tersebut. Dampak sosial dan ekonomi yang terjadi bertahun-tahun setelah pembangunan jalan ini juga tidak luput dari pengamatan Pram.
Kronik yang tercatat dalam buku ini meliputi peristiwa Pangeran Kornel yang menjabat tangan Daendels dengan tangan kiri di Sumedang, merosotnya populasi Kabupaten Grobogan dari 98.500 jiwa menjadi 9.000 jiwa dalam waktu kurang lebih tiga tahun, dan peristiwa lain yang menyiratkan bahwa Jalan Raya Pos dibangun dengan darah dan air mata rakyat pulau Jawa. Pram yang menturkan sejarah pembangunan ini lewat perjalanannya itu membuat buku ini seolah mengantarkan kita untuk merasakan suasana yang terjadi di masa-masa pembangunnan Jalan Raya Pos.
Proyek pembangunan ini juga dilihat oleh Pram sebagai salah satu peristiwa genosida tidak langsung yang terjadi di Hindia-Belanda selain peristiwa genosida secara tidak langsung lainnya yang pernah terjadi, yakni Kebijakan Tanampaksa. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels mengingatkan bahwa pada zaman kolonial penduduk Nusantara adalah bangsa yang kaya tapi lemah, sehingga ia menjadi budak bangsa lain di tanah leluhurnya sendiri.
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ditutup dengan biografi singkat Daendels sejak lahir di Hattem, selama menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, hingga meninggal di pengasingannya di Pantai Gading, Afrika. Biografi singkat tersebut ditulis oleh kandung Pram, Koesalah Soebagyo Toer. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels patut untuk dijadikan referensi alternatif dalam menelusuri sejarah di balik pembangunan jalan yang menelan nyawa belasan ribu jiwa pribumi.
Comments